Strategibola – Meski kalah tipis 2-3 dari Arab Saudi , performa Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 menunjukkan kemajuan besar. Ketangguhan Maarten Paes , ketenangan Kevin Diks , dan semangat Ole Romeny membuktikan Garuda kini punya mental dan kualitas untuk bersaing di level atas.
Garuda Kalah Terhormat: Tanda Indonesia Sudah Berani Menantang Raksasa Asia
Langkah pertama Timnas Indonesia di babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia memang belum menghasilkan poin.
Garuda harus mengakui keunggulan tipis Arab Saudi dengan skor 2-3 pada laga yang digelar Kamis (9/10) dini hari WIB.
Namun, dibalik hasilnya, ada satu pesan besar: Indonesia sudah naik kelas .
Di hadapan puluhan ribu pendukung tuan rumah, skuad asuhan Patrick Kluivert tampil penuh determinasi. Dua gol dari Kevin Diks melalui titik putih membuktikan bahwa Indonesia tidak hanya bertahan, tapi juga berani menyerang dan melawan dengan kepala tegak.
Arab Saudi — tim langganan Piala Dunia dengan tradisi panjang di Asia — harus bekerja keras hingga menit akhir untuk memastikan kemenangan lewat gol Firas Al-Buraikan dan Saleh Al-Shamat .
Indonesia mungkin kalah di papan skor, tapi menang dalam hal mental, disiplin, dan karakter.
Maarten Paes: Tembok Kokoh yang Menolak Tumbang
Kalau ada satu nama yang menjadi penyelamat di Mandalika, itu adalah Maarten Paes .
Kiper kelahiran Nijmegen itu tampil luar biasa meski kebobolan tiga gol. Ia mencatat tujuh penyelamatan penting , termasuk satu refleksi cemerlang di menit ke-54 ketika menggagalkan sundulan jarak dekat Firas Al-Buraikan.
Paes menunjukkan kualitas kiper kelas dunia: fokus, tenang, dan berani mengambil keputusan cepat.
Di saat lini belakang Indonesia sempat goyah, Paes menjadi jangkar ketenangan yang menjaga moral rekan-rekannya tetap tinggi.
“Dia bukan sekadar penjaga gawang. Dia pemimpin dalam diam,” ujar Kluivert dalam konferensi pers usai laga.
Meski gagal membawa Indonesia meraih poin, Paes berhasil menjaga rasa percaya diri tim. Keberaniannya keluar dari gawang dan ketenangannya dalam tekanan menjadikannya salah satu fondasi utama Garuda di babak kualifikasi kali ini.
Kevin Diks: Bek yang Tak Cuma Bertahan, tapi Juga Memimpin
Penampilan Kevin Diks malam itu tidak hanya memukau, tapi juga penuh makna.
Dua gol dari titik penalti yang dieksekusinya dengan dingin menunjukkan kelas dan kepercayaan diri tinggi seorang pemain yang terbiasa menghadapi tekanan besar.
Lebih dari itu, Diks menampilkan kepemimpinan sejati. Ia mengatur lini belakang, berkomunikasi secara intens dengan Paes, dan memberi contoh lewat tindakan.
Setiap duel udara dimenangkan, setiap tekel dilakukan dengan timing sempurna.
Menariknya, keberhasilan dua penalti gol ini terjadi hanya beberapa bulan setelah Diks gagal mengeksekusi penalti melawan Australia. Alih-alih goyah, ia bangkit — membuktikan bahwa kesalahan bukan akhir, tapi bahan bakar untuk menjadi lebih baik .
Bagi Indonesia, Diks bukan sekadar pemain naturalisasi. Ia adalah simbol kedewasaan dan tanggung jawab di dalam waktu.
Ole Romeny: Nafas Baru yang Menghidupkan Serangan Garuda
Sementara itu, Ole Romeny mungkin tidak mencetak gol, namun kehadirannya dari bangku cadangan di menit ke-65 membawa perubahan besar.
Pemain yang baru pulih dari cedera panjang itu langsung tampil penuh energi, menekan lawan dengan kecepatan dan pergerakan tanpa bola yang cerdas.
Aksinya di menit ke-81 menjadi titik balik penting. Tusukannya ke kotak penalti memaksa Nawaf Al-Boushail melakukan handball — yang kemudian menghasilkan penalti kedua untuk Indonesia.
Tanpa kontribusinya, Garuda mungkin tidak akan menutup laga dengan skor seketat itu.
Romeny menampilkan betapa pentingnya semangat baru dalam skuad muda Indonesia.
Ia bukan hanya pemain pengganti, tapi juga game-changer yang menularkan semangat kepada rekan-rekannya di lapangan.
Kekalahan yang Mengajarkan Banyak Hal
Hasil 2-3 melawan Arab Saudi tentu mengecewakan, namun di baliknya ada optimisme yang tumbuh .
Indonesia bermain dengan taktik yang disiplin, tidak panik di bawah tekanan, dan mampu menjaga fokus selama 90 menit.
Patrick Kluivert tampak puas dengan sikap para pemainnya.
“Kami kalah, tapi kami bertarung. Itulah sepak bola. Saya lebih memilih kalah seperti ini — dengan hati, keberanian, dan keyakinan,” ujarnya selepas laga.
Kini fokus beralih ke laga berikutnya melawan Irak , di mana hasil positif bisa menghidupkan kembali peluang Garuda untuk bersaing di Grup B.
Dengan performa seperti di laga kontra Arab Saudi, Indonesia punya alasan kuat untuk percaya diri.
Kesimpulan: Garuda Sudah Terbang Lebih Tinggi
Kekalahan ini bukan kemunduran, tapi tanda kebangkitan .
Dari ketangguhan Paes , ketenangan Diks , dan semangat Romeny , Timnas Indonesia menampilkan bahwa mereka sudah tidak lagi menjadi penggembira di level Asia.
Garuda memang belum menang, tapi mereka sudah membuktikan bahwa mereka bisa menatap mata lawan dan berkata: kami siap bersaing.
Dan bila performa seperti ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin kemenangan besar hanya tinggal menunggu waktu.