Strategibola – Timnas Indonesia U-23 harus menelan pil pahit di partai final Piala AFF U-23 2025. Bermain di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Selasa (30/7/2025), Garuda Muda takluk 0-1 dari Vietnam lewat gol semata wayang Nguyen Cong Phuong di babak pertama.
Hasil ini jelas mengecewakan, apalagi terjadi di depan ribuan suporter Merah-Putih yang memadati stadion. Bukan hanya para pemain dan pelatih Gerald Vanenburg yang terpukul, media asing pun ikut mengomentari kekalahan ini—terutama media Vietnam.
Minim Naturalisasi, Vietnam Sebut Titik Lemah Indonesia
TheThao247, media olahraga ternama asal Vietnam, menyoroti hal yang tak biasa: absennya pemain naturalisasi sebagai penyebab kekalahan Indonesia. Dalam laporannya, mereka menilai tidak adanya pemain keturunan Eropa yang biasa memperkuat tim senior membuat Garuda Muda tampil kurang menggigit.
“Salah satu alasan Timnas U-23 Indonesia tidak mampu mengalahkan Timnas U-23 Vietnam adalah minimnya pemain naturalisasi,” tulis TheThao247.
Mereka membandingkan dengan skuad senior Indonesia yang sering diperkuat pemain keturunan Belanda—yang dinilai memiliki teknik, visi bermain, dan fisik lebih unggul di level internasional.
Jens Raven Sendirian Tak Cukup
Dalam laga final, satu-satunya pemain keturunan yang tampil adalah Jens Raven. Sayangnya, kehadiran striker berusia 19 tahun ini belum mampu memberi dampak besar. Serangan Indonesia kerap mentok, sementara pertahanan pun terlihat rapuh terutama dalam duel bola mati—yang menjadi momen terciptanya gol Vietnam.
TheThao247 menilai, andai Indonesia memiliki bek tengah seperti Jordi Amat atau gelandang bertahan macam Marc Klok, hasilnya mungkin akan berbeda. Tapi karena batasan usia, regulasi kompetisi, dan status turnamen yang tak masuk kalender FIFA, pemain-pemain itu memang tak bisa diturunkan di level U-23.
Evaluasi Besar bagi Sistem Pembinaan
Lebih dari sekadar kekalahan, media Vietnam tersebut menilai ini adalah alarm bagi sistem pembinaan sepak bola Indonesia. Ketergantungan pada pemain naturalisasi di level senior dianggap tak diimbangi dengan investasi cukup pada pengembangan pemain muda lokal.
“Ketergantungan yang berlebihan pada pemain naturalisasi di semua level tim nasional secara tidak sengaja telah menyebabkan Indonesia kesulitan mempertahankan kualitas skuad,” tulis mereka.
TheThao247 menyarankan agar PSSI mulai berbenah dengan memperkuat fondasi pemain muda. Fokusnya harus pada peningkatan kualitas akademi, scouting, serta pembinaan usia dini agar ke depan Indonesia tak hanya andalkan pemain “impor”, tapi punya talenta lokal yang siap tempur di level Asia Tenggara dan Asia.
Apa Selanjutnya untuk Garuda Muda?
Kekalahan di final memang menyakitkan, namun seharusnya jadi bahan introspeksi. Sudah saatnya Indonesia punya sistem yang lebih kokoh di akar rumput—bukan hanya berharap pada pemain naturalisasi untuk menyelamatkan muka di level senior.
Garuda Muda butuh dukungan menyeluruh: dari program pembinaan, kompetisi usia muda yang kompetitif, hingga keberanian memberi menit bermain pada pemain lokal. Dengan begitu, ke depannya Timnas Indonesia U-23 bisa tampil lebih siap dan tidak lagi jadi korban narasi dari negara tetangga.