Analis ESPN Kees Kwakman Kritik Piala Dunia 2026: Tim Seperti Indonesia Bikin Ogah Nonton

Strategibola-Piala Dunia 2026 akan menjadi edisi yang sangat berbeda dibandingkan dengan turnamen-turnamen sebelumnya. Dengan jumlah peserta yang akan meningkat menjadi 48 tim, ajang sepak bola terbesar di dunia ini berpotensi menghadirkan lebih banyak negara, termasuk tim dari Asia seperti Indonesia. Namun, perubahan ini tidak diterima dengan baik oleh semua orang, salah satunya adalah analis sepak bola dari ESPN, Kees Kwakman.

Dalam beberapa wawancara, Kwakman memberikan kritik tajam terkait format baru Piala Dunia 2026. Menurutnya, dengan lebih banyak tim yang berpartisipasi, kualitas pertandingan dan daya tarik turnamen bisa tergerus. Ia menyebutkan bahwa tim-tim yang belum memiliki prestasi signifikan di tingkat internasional, seperti Indonesia, bisa jadi malah membuat penonton kehilangan minat untuk menonton.

Peningkatan Jumlah Tim: Tantangan Baru atau Penurunan Kualitas?

Keputusan untuk memperluas Piala Dunia 2026 dari 32 tim menjadi 48 tim memang telah diumumkan oleh FIFA dan mendapat tanggapan beragam. Bagi sebagian orang, ini adalah langkah positif untuk memberikan kesempatan lebih banyak negara berkompetisi di panggung dunia, memperkenalkan lebih banyak budaya sepak bola, dan memberikan ruang bagi tim yang mungkin sebelumnya tidak punya kesempatan. Namun, Kwakman melihat hal ini dengan sudut pandang yang lebih skeptis.

“Saya tidak bisa membayangkan tim yang tidak memiliki kualitas yang cukup untuk bertanding di level tertinggi, seperti Indonesia, akan memberikan kualitas pertandingan yang diinginkan penonton,” ujarnya. “Orang-orang akan merasa bosan dengan pertandingan yang tidak menarik, dan ini bisa membuat mereka malas untuk menonton.”

Kritik Kwakman terkait Indonesia datang dari kenyataan bahwa meskipun tim nasional Indonesia memiliki pengikut setia dan perkembangan yang cukup pesat di beberapa tahun terakhir, tim ini masih berada jauh dari level kompetitif yang dibutuhkan untuk bersaing di turnamen besar seperti Piala Dunia. Indonesia sendiri belum pernah berhasil lolos ke putaran final Piala Dunia, dan dengan format baru, ada kemungkinan bahwa negara-negara yang kurang kompetitif akan mendapatkan tempat di turnamen ini.

Dampak Terhadap Daya Tarik Piala Dunia

Kritik Kwakman tidak hanya berfokus pada Indonesia, tetapi juga pada dampak umum yang ditimbulkan oleh peningkatan jumlah tim. Dengan memasukkan lebih banyak tim, sebagian pihak khawatir kualitas pertandingan akan menurun, dan pertandingan grup yang membosankan bisa lebih sering terjadi. Terlebih lagi, tim dengan kualitas lebih rendah mungkin hanya akan menjadi “lawan tempelan” yang mudah dikalahkan oleh negara-negara besar.

“Bagaimana bisa kita berharap negara besar seperti Brazil, Jerman, atau Argentina bersemangat menghadapi tim yang belum berkompetisi di level tinggi?” lanjut Kwakman. “Tentu mereka akan menang dengan mudah, dan ini akan mempengaruhi daya tarik turnamen.”

Namun, ada juga yang berpendapat bahwa kesempatan bagi negara-negara yang lebih kecil untuk bersaing di Piala Dunia, meskipun bisa menyebabkan pertandingan yang tidak seimbang, juga akan memberikan mereka pengalaman berharga dan bisa memperbaiki kualitas sepak bola di tingkat global.

Harapan Piala Dunia 2026: Tetap Menarik untuk Semua Kalangan

Dengan semua perubahan yang terjadi, satu hal yang pasti adalah bahwa Piala Dunia 2026 akan menjadi ajang yang sangat berbeda. Meskipun kritik Kwakman menunjukkan ketidakpuasannya terhadap keputusan FIFA, ada juga optimisme bahwa format baru ini akan menghadirkan tantangan menarik, baik bagi negara-negara besar maupun yang lebih kecil. Piala Dunia yang lebih inklusif bisa jadi membuka pintu untuk kejutan-kejutan baru, seperti yang sering terjadi di turnamen-turnamen sebelumnya.

Namun, untuk memastikan bahwa turnamen tetap menarik, FIFA dan penyelenggara lainnya harus memastikan bahwa semua tim memiliki kualitas dan kesiapan yang cukup untuk bersaing di level tertinggi. Jika tidak, risiko “menurunnya kualitas” yang diungkapkan Kwakman mungkin bisa terwujud.

Comments are closed.

Exit mobile version