Strategibola.com – Musim 2025/26 berjalan suram bagi Liverpool. Setelah kekalahan telak 3-0 dari Manchester City, harapan untuk mempertahankan gelar Liga Primer praktis pupus. Arne Slot sendiri mengakui bahwa timnya sedang berada dalam masa sulit dan perlu evaluasi besar-besaran. Dengan lima kekalahan dari 11 pertandingan, The Reds kini tertinggal jauh di klasemen, bahkan berada di luar zona empat besar.
Slot mencoba menenangkan situasi dengan mengatakan waktu terbaik untuk menilai tim adalah di akhir musim. Namun, dari performa sejauh ini, para pendukung Liverpool tahu bahwa situasi sudah darurat.
VAR Bukan Alasan, City Memang Lebih Baik
Slot sempat menyinggung keputusan VAR yang menganulir gol Virgil van Dijk, tetapi ia juga mengakui Liverpool memang kalah di semua aspek permainan. City tampil dominan, baik secara teknis maupun fisik. Pemain seperti Conor Bradley dan Ibrahima Konate tampak kewalahan menghadapi kecepatan Jeremy Doku.
Statistik pertandingan memperlihatkan kelemahan Liverpool: penguasaan bola minim, kalah duel udara, dan serangan yang tak efektif. Roy Keane bahkan menyindir di Sky Sports, “Liverpool terlihat lemah secara fisik, tidak punya intensitas, dan membuat keputusan yang buruk di lini belakang.”
Slot Menolak Menyalahkan Pemain
Meski tekanan datang dari berbagai arah, Slot menegaskan dirinya tidak menyalahkan pemain. Ia menilai kekalahan terjadi karena taktik yang gagal diterapkan dengan baik. Menurutnya, City terlalu kuat dalam penguasaan bola dan membuat para pemain Liverpool kesulitan membaca pergerakan lawan.
“Ini bukan soal semangat juang,” kata Slot. “Kami kesulitan mengikuti ritme mereka. Tapi di babak kedua, kami lebih baik dan pantas mencetak gol.”
Sayangnya, kesempatan itu datang terlambat. Saat Cody Gakpo gagal memanfaatkan peluang emas, City sudah nyaman dengan keunggulan besar.
Uang Bukan Solusi: £400 Juta dan Masih Goyah
Liverpool telah menghabiskan lebih dari £400 juta di bursa transfer musim panas, namun hasilnya belum terlihat. Florian Wirtz belum bisa menyesuaikan diri dengan tempo cepat Liga Inggris, Alexander Isak sempat cedera, dan Milos Kerkez justru kehilangan tempat di tim utama. Jeremie Frimpong pun belum memberi kontribusi maksimal sejak bergabung.
Dean Sturridge menilai masalah utama ada pada adaptasi pemain baru. “Liga ini keras. Banyak pemain yang kaget dengan intensitasnya,” ujarnya. Hasilnya, Liverpool kehilangan kekompakan dan karakter juara yang dulu mereka punya di era Klopp.
Masalah Lama, Luka Baru
Sejak paruh kedua musim lalu, Liverpool memang sudah menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Mereka sering kehilangan konsentrasi di babak kedua dan gagal menjaga keunggulan. Musim ini, pola yang sama terulang. Dari 47 laga terakhir di semua kompetisi, Liverpool hanya menang 21 kali dan kalah 16 kali — catatan yang memalukan bagi juara bertahan.
Meski ada alasan kebugaran dan adaptasi pemain baru, kenyataannya Liverpool belum menemukan keseimbangan di semua lini. Wirtz tampak kesulitan di sayap kiri, sementara Gakpo dan Luis Diaz tidak konsisten. Absennya Alexander-Arnold karena cedera juga berdampak besar pada kreativitas serangan.
Momentum yang Mulai Hilang
Kemenangan atas Real Madrid di Liga Champions sempat memberi harapan, namun di Liga Primer mereka justru semakin tertinggal. Liverpool kini menjadi juara bertahan dengan rekor terburuk sejak Chelsea pada musim 2015/16, dengan lima kekalahan dalam 11 laga.
Masih ada peluang finis di empat besar, tapi hanya jika Slot mampu memperbaiki performa tim secara signifikan. Dengan jadwal ringan setelah jeda internasional, Slot harus memanfaatkan momen ini untuk menyalakan kembali semangat The Reds.
Waktunya Slot Ambil Keputusan Besar
Situasi sekarang memaksa Arne Slot mengambil langkah tegas. Ia tak bisa lagi bersembunyi di balik alasan adaptasi. Sudah saatnya menampilkan visi jangka panjangnya untuk Liverpool, meski itu berarti keputusan tidak populer.
Salah satu keputusan berat adalah rotasi pemain senior seperti Mohamed Salah. Performanya menurun, sementara Wirtz dan Isak mulai menunjukkan potensi kolaborasi menarik di lini depan. Jika Slot berani membangun serangan baru di sekitar dua pemain muda itu, masa depan Liverpool bisa lebih cerah.
Selain itu, Hugo Ekitike layak mendapat menit bermain lebih banyak. Ia terlalu berbakat untuk sekadar menjadi pelapis. Di lini belakang, Konate harus dievaluasi. Penurunan performanya mengindikasikan kebutuhan akan bek baru yang lebih konsisten.
Tantangan Besar, Harapan Masih Ada
Meski musim ini tampak suram, bukan berarti semuanya hilang. Liverpool masih punya potensi besar untuk bangkit jika Slot menemukan keseimbangan antara pengalaman dan energi muda. Fans mungkin kecewa, tapi mereka juga tahu klub ini pernah bangkit dari situasi lebih buruk.
Slot hanya perlu satu hal: keberanian. Keberanian untuk meninggalkan masa lalu dan memulai era baru dengan wajah segar, pola pikir modern, dan kepercayaan penuh pada filosofi sepak bola progresif yang ia bawa dari Feyenoord.
Awal dari Akhir atau Awal yang Baru?
Gagal mempertahankan gelar Liga Primer bukanlah akhir dunia bagi Liverpool, tetapi jelas merupakan peringatan keras. Musim ini akan menjadi ujian kepemimpinan sejati bagi Arne Slot. Jika ia mampu memperbaiki struktur permainan, menegakkan disiplin, dan menanamkan filosofi baru, maka 2026 bisa menjadi awal kebangkitan baru di Anfield.
Namun jika ia terus terjebak dalam kompromi dan eksperimen setengah hati, maka “You’ll Never Walk Alone” bisa berubah menjadi ironi. Liverpool membutuhkan kejelasan arah — dan saat ini, semua mata tertuju pada Arne Slot.





