Manchester City vs Crystal Palace: Akhir Buruk Kevin De Bruyne di Final Piala FA

Manchester City vs Crystal Palace: Akhir Buruk Kevin De Bruyne di Final Piala FA

Strategibola.com – Manchester City harus menerima kenyataan pahit setelah kalah dari Crystal Palace dalam final Piala FA yang berlangsung di Stadion Wembley. Kekalahan ini terasa semakin menyakitkan karena menjadi laga terakhir Kevin De Bruyne bersama klub setelah satu dekade membela The Citizens. Sayangnya, perpisahan ini tidak berjalan manis.

Pertandingan yang seharusnya menjadi ajang selebrasi untuk De Bruyne justru berubah menjadi momen penuh frustrasi. Keputusan taktikal Pep Guardiola yang tak biasa dianggap sebagai salah satu penyebab utama kegagalan City dalam partai final ini.

Kesalahan Taktik Guardiola di Laga Manchester City vs Crystal Palace

Pep Guardiola dikenal sebagai pelatih jenius, namun dalam laga ini, ia membuat keputusan yang sulit dipahami. Pelatih asal Spanyol itu memutuskan untuk tidak menurunkan gelandang bertahan murni. Padahal, peran ini sangat vital dalam laga krusial seperti final. Keputusan ini mengingatkan publik pada kekalahan Manchester City di final Liga Champions 2021 melawan Chelsea, ketika Guardiola juga melakukan hal serupa.

Alih-alih memperkuat lini tengah secara defensif, Guardiola lebih memilih memainkan formasi ultra menyerang. Kevin De Bruyne dan Bernardo Silva dipaksa bermain lebih dalam untuk menopang lini belakang. Mereka harus mengakomodasi lini depan yang diisi oleh Omar Marmoush, Savinho, Jeremy Doku, dan Erling Haaland.

Gol Cepat Crystal Palace yang Mengejutkan Manchester City

City memang sempat mendominasi penguasaan bola di awal pertandingan. Mereka mengurung Crystal Palace di area pertahanan sendiri. Namun, justru Palace yang berhasil mencetak gol lebih dulu lewat serangan balik cepat.

Daniel Munoz melakukan overlap dari sisi kanan dan mengirim umpan silang rendah yang disambut oleh Eberechi Eze. Eze dengan tenang menaklukkan kiper Stefan Ortega untuk membawa Palace unggul 1-0. Gol tersebut menjadi satu-satunya yang tercipta dalam pertandingan dan memastikan Palace meraih trofi Piala FA.

Drama Penalti Manchester City vs Crystal Palace: Kontroversi dan Kegagalan

Salah satu momen paling kontroversial terjadi ketika Dean Henderson, kiper Palace, keluar dari area penalti dan menyentuh bola dengan tangannya untuk menghalau serangan Erling Haaland. Banyak yang menilai Henderson seharusnya mendapatkan kartu merah. Namun, wasit hanya memberikan tendangan bebas untuk Manchester City tanpa sanksi tambahan.

City mendapat kesempatan emas menyamakan skor saat Bernardo Silva dilanggar oleh Tyrick Mitchell di kotak terlarang. Anehnya, bukan Haaland yang mengambil penalti, melainkan Omar Marmoush. Sayangnya, Marmoush gagal menjalankan tugasnya karena tendangannya berhasil ditepis oleh Henderson.

Haaland, yang dikenal sebagai mesin gol City, terlihat frustrasi sepanjang laga. Dia bahkan melepaskan beberapa peluang bagus, termasuk sundulan yang melambung tinggi di atas mistar dan tendangan yang melenceng.

Akhir Pahit De Bruyne di Laga Manchester City vs Crystal Palace

Kevin De Bruyne tampil dalam peran yang kurang ideal. Dipaksa bermain terlalu dalam, ia kesulitan masuk ke zona berbahaya dan memberikan ancaman berarti. Meski sempat melepaskan beberapa umpan menjanjikan, De Bruyne gagal menciptakan momen magis yang biasa ia lakukan.

Tendangan terakhirnya di injury time pun melenceng dari sasaran, menandai akhir dari penampilan yang mengecewakan di laga perpisahannya.

Sorotan Performa Pemain Manchester City

Berikut penilaian performa pemain Manchester City versi StrategiBola:

Kiper & Lini Pertahanan

Stefan Ortega (5/10):
Tidak bersalah atas gol Palace. Ia sempat menyelamatkan tembakan dari Mateta. Namun, penampilannya tetap tak mampu menyelamatkan City dari kekalahan.

Manuel Akanji (4/10):
Gagal menjaga pergerakan Eze pada gol pembuka. Kurang kontribusi saat naik membantu serangan. Terlihat ragu dalam komunikasi dengan Ruben Dias.

Ruben Dias (6/10):
Menunjukkan permainan solid dan mampu menjaga Mateta dengan baik, meski sempat ada miskomunikasi dengan Akanji.

Josko Gvardiol (6/10):
Melakukan tekel krusial dan tampil agresif dalam menyerang dari sisi kiri. Menciptakan peluang lewat tembakan dari luar kotak penalti.

Nico O’Reilly (5/10):
Terlalu tinggi posisinya di lapangan sehingga terlambat saat Palace melakukan counter attack. Tembakannya yang lambat diblok lawan di babak kedua.

Lini Tengah

Bernardo Silva (6/10):
Aktif dalam mendukung serangan dan berhasil mendapatkan penalti. Namun, kontribusinya belum cukup untuk membalikkan keadaan.

Kevin De Bruyne (5/10):
Dipaksa bermain terlalu dalam sehingga tidak efektif. Gagal memanfaatkan peluang, dan tampak lelah secara emosional dan fisik.

Lini Depan

Jeremy Doku (7/10):
Pemain paling berbahaya City. Beberapa kali membuat repot pertahanan Palace, dan memaksa Henderson melakukan penyelamatan gemilang.

Savinho (6/10):
Menonjol di menit-menit awal tetapi kehilangan efektivitas setelahnya. Digantikan oleh Phil Foden di babak kedua.

Omar Marmoush (4/10):
Momen terburuknya saat gagal mengeksekusi penalti. Tidak memberikan ancaman berarti di sisa laga.

Erling Haaland (5/10):
Masih belum bisa mencetak gol di Wembley. Beberapa peluang bagus disia-siakan. Menjadi tanda tanya besar mengapa ia tak mengambil penalti.

Pemain Pengganti

Phil Foden (5/10):
Mendapat bola bagus dari Doku, namun tidak mampu menciptakan peluang bersih. Memberi assist tendangan sudut ke Haaland yang gagal dimanfaatkan.

Claudio Echeverri (6/10):
Tampil cukup percaya diri dalam debutnya. Menciptakan satu peluang berbahaya yang berhasil diselamatkan Henderson.

Ilkay Gundogan (N/A):
Masuk di menit-menit akhir dan tak memiliki cukup waktu untuk mengubah jalannya pertandingan.

Manajer

Pep Guardiola (3/10):
Keputusan formasi ultra menyerang tanpa gelandang bertahan kembali menjadi bumerang. Pergantian pemain yang lambat dan keputusan memainkan debutan di final membuat publik mempertanyakan arah taktiknya.

Momen Emosional Kevin De Bruyne di Final Manchester City vs Crystal Palace

Sebelum pertandingan dimulai, fans City memberikan penghormatan luar biasa kepada Kevin De Bruyne. Sebuah tifo besar dibentangkan sebagai bentuk apresiasi atas dedikasinya selama 10 tahun di Etihad Stadium. Dukungan ini bahkan didanai oleh para fans, termasuk kontribusi langsung dari Erling Haaland.

Sayangnya, performa De Bruyne tak sesuai ekspektasi. Ia kesulitan tampil maksimal karena posisi dan taktik yang tidak mendukungnya.

Kekalahan yang Penuh Pelajaran

Kekalahan ini membuat Manchester City gagal mengangkat trofi Piala FA untuk tahun kedua berturut-turut. Pelatih Pep Guardiola harus mengevaluasi kembali pendekatannya dalam laga final. Taktik terlalu eksperimental terbukti tidak efektif, apalagi saat menghadapi lawan yang tampil disiplin seperti Crystal Palace.

Bagi Kevin De Bruyne, ini adalah akhir yang pahit untuk perjalanan gemilangnya bersama Manchester City. Meskipun tak menutup kariernya dengan trofi, dedikasi dan kontribusinya tak akan dilupakan fans The Citizens.

Comments are closed.