Strategibola – Musim 2025/2026 tampaknya akan menjadi era baru untuk lini tengah Arsenal. Bukan cuma sekadar belanja pemain, tapi The Gunners tengah merancang ulang identitas permainan mereka — dengan satu sentuhan nostalgia dari La Liga. Pasalnya, Arsenal kini memiliki tiga gelandang yang pernah saling bahu-membahu di Real Sociedad: Martin Odegaard, Mikel Merino, dan Martin Zubimendi.
Ketiganya bukan hanya punya chemistry lama, tapi juga telah berkembang jadi pemain kelas dunia di posisinya masing-masing. Jika disatukan kembali di bawah arahan Mikel Arteta, yang juga punya kenangan tersendiri di Sociedad, akankah Arsenal punya trio lini tengah paling komplet di Premier League?
Martin Odegaard: Fondasi dari Semua Rencana
Odegaard sudah lebih dulu tiba di London Utara. Didatangkan pada 2021/2022 dari Real Madrid, sang gelandang Norwegia langsung menjelma jadi jantung permainan Arsenal. Kreativitas, visi tajam, dan kepemimpinannya membuatnya dipercaya mengenakan ban kapten sejak musim 2022/2023.
Namun, tak banyak yang tahu bahwa salah satu musim terbaik Odegaard justru terjadi saat berseragam Real Sociedad pada 2019/2020. Di sanalah ia membangun koneksi awal dengan Merino, memainkan peran sentral dalam permainan menyerang yang cair dan penuh pergerakan.
Mikel Merino: Mesin Energi Baru Arsenal
Didatangkan pada musim panas 2024, Merino langsung klop dengan gaya main Arsenal. Eks gelandang Newcastle ini kembali ke Premier League dengan mentalitas yang jauh lebih matang usai jadi pilar Sociedad selama bertahun-tahun.
Merino membawa atribut box-to-box yang selama ini dibutuhkan Arsenal. Ia bisa membantu bertahan, menciptakan peluang, bahkan menjadi solusi saat krisis striker seperti musim lalu — di mana ia sempat dimainkan sebagai false nine.
Yang menarik, hubungannya dengan Odegaard bukan sekadar nostalgia. Mereka tahu pola gerak satu sama lain. Di lapangan, ini berarti satu langkah lebih cepat dari lawan.
Martin Zubimendi: Jawaban Atas Kekosongan Partey?
Transfer musim panas 2025 ditutup dengan kedatangan Martin Zubimendi — gelandang bertahan modern yang disebut-sebut sebagai ‘Sergio Busquets baru’. Arsenal harus bersaing dengan Liverpool untuk mendapatkannya, dan kemenangan ini bisa jadi penentu di perebutan gelar musim ini.
Zubimendi bukan sekadar penghancur serangan. Ia piawai menjaga sirkulasi bola, membaca permainan, dan menjaga tempo. Singkatnya, pemain yang bisa mengontrol laga tanpa banyak sorotan.
Kini, ia datang ke Emirates sebagai kandidat utama pengganti Thomas Partey. Tapi jangan salah — ini bukan proyek jangka pendek. Zubimendi adalah bagian dari fondasi masa depan.
Kombinasi Ideal: Kreator, Dinamo, dan Pengatur Irama
Jika Odegaard adalah otak kreatif, Merino adalah dinamo penggerak, maka Zubimendi adalah penyeimbang dan pengatur irama. Tiga karakter ini saling melengkapi, dan lebih penting lagi — mereka pernah berbagi lapangan bersama.
Musim 2019/2020 bersama Sociedad jadi awal hubungan mereka. Kini, lima tahun kemudian, mereka kembali disatukan dalam proyek yang lebih ambisius: membawa Arsenal kembali jadi juara Inggris.
Sentuhan Mikel Arteta dari San Sebastián
Menariknya, sang arsitek Arsenal — Mikel Arteta — juga punya jejak di Real Sociedad. Meski hanya semusim (2004/2005) dan tak terlalu bersinar, pengalamannya di San Sebastián tetap membekas.
Arteta dikenal sebagai pelatih yang mengutamakan struktur, posisi, dan transisi cepat. Filosofi ini sejalan dengan kultur sepak bola Basque yang pernah ia rasakan. Dengan hadirnya tiga alumni Sociedad, nuansa itu kini dibawa ke Emirates.
Arsenal Reuni Masa Lalu Demi Masa Depan
Apa yang dibangun Arteta bukan kebetulan. Reuni Odegaard, Merino, dan Zubimendi bukan hanya soal romantisme sepak bola — ini tentang meracik konektivitas lama untuk dominasi baru.
Arsenal kini punya fondasi lini tengah dengan chemistry bawaan, kedalaman peran, dan fleksibilitas taktik. Jika trio ini bisa menemukan kembali klik permainan seperti di Anoeta, The Gunners patut diperhitungkan bukan hanya di Premier League, tapi juga di panggung Eropa.