Roy Keane Kritik Van Nistelrooy Dalam Tangani Leicester City

Strategibola.com – Leicester City terus terjerumus dalam krisis usai menelan kekalahan tipis 0-1 dari Liverpool pada Minggu (20/4/2025) malam WIB. Kekalahan itu memperburuk posisi The Foxes di klasemen dan nyaris menutup harapan mereka bertahan di Premier League musim depan.

Hasil mengecewakan ini tidak hanya membuat para pendukung Leicester gelisah, tetapi juga mengundang kritik tajam dari berbagai pihak, termasuk mantan kapten Manchester United, Roy Keane. Dalam analisisnya di Sky Sports, Keane tidak ragu menyebut Leicester sebagai tim yang sudah layak turun kasta.

Roy Keane Tak Tahan Kritik Leicester

Keane mengaku kecewa melihat performa Leicester. Ia menilai anak asuh Ruud van Nistelrooy tampil tanpa semangat dan kepercayaan diri.

“Mereka tampil seperti tim Championship,” tegas Keane dengan nada blak-blakan. “Saya tidak melihat adanya gairah atau determinasi. Meski mereka sudah mengganti pelatih, saya tidak melihat adanya perubahan nyata.”

Keane menyebut para pemain Leicester tampak pasrah. Ia mengkritik kurangnya respons positif dari skuad, terutama ketika tim lawan tampil agresif sejak menit awal.

Van Nistelrooy Gagal Ubah Nasib

Manajemen Leicester menunjuk Ruud van Nistelrooy sebagai manajer baru pada November 2024 lalu, menggantikan Steve Cooper yang gagal membawa kestabilan. Klub berharap Van Nistelrooy bisa menyuntikkan energi baru berbekal reputasinya sebagai mantan striker tajam. Namun, harapan tersebut justru berubah menjadi kekecewaan besar.

Sejak mengambil alih kursi pelatih, Van Nistelrooy hanya mampu membawa Leicester meraih dua kemenangan dari total laga yang ia pimpin di liga. Alih-alih memperbaiki performa, ia justru menyaksikan timnya makin tenggelam, terutama dalam laga kandang yang biasanya menjadi andalan.

“Sejak Ruud datang, permainan Leicester justru makin menurun,” ujar Keane. “Mereka kesulitan mencetak gol, dan pertahanan mereka sangat lemah. Para pemain terlihat frustrasi dan kehilangan arah.”

Keane juga menyentil rekor buruk yang dicatat Leicester. The Foxes kini menjadi tim Premier League dengan jumlah kekalahan beruntun terbanyak tanpa mampu mencetak satu gol pun. Rekor kelam itu semakin memperkuat citra Leicester sebagai tim yang tengah dilanda krisis mendalam.

Skuad Kehilangan Mental Juara

Kritik Keane tidak berhenti di sisi teknis. Ia juga menyoroti mentalitas para pemain Leicester yang menurutnya terlihat ciut dan kehilangan kepercayaan diri.

“Saya rasa banyak pemain Leicester mulai ketakutan setiap kali lawan bermain agresif sejak awal,” tutur Keane. “Situasi ini mengindikasikan bahwa ruang ganti mereka sedang bermasalah. Para pemain tampak seperti tak tahu harus berbuat apa.”

Menurut Keane, krisis di Leicester bukan hanya soal strategi atau taktik, melainkan juga menyangkut kepemimpinan di dalam tim. Ia menyayangkan kurangnya figur pemimpin yang bisa mengangkat moral rekan-rekannya di tengah tekanan besar.

Dari Juara Liga ke Ambang Degradasi

Situasi yang dialami Leicester saat ini terasa ironis. Beberapa tahun lalu, tepatnya musim 2015/2016, mereka mengejutkan dunia dengan meraih gelar Premier League secara dramatis di bawah asuhan Claudio Ranieri. Saat itu, para pemain Leicester memperlihatkan semangat luar biasa dan mental baja yang menginspirasi banyak orang.

Namun, musim 2024/2025 menghadirkan cerita berbeda. Leicester kini berjuang mati-matian di dasar klasemen. Klub yang dulu dikenal sebagai kuda hitam tangguh itu harus menghadapi kenyataan pahit: kemungkinan besar mereka akan kembali bermain di Championship musim depan.

Para pendukung pun mulai kehilangan harapan. Stadion King Power yang biasanya penuh semangat, kini sering sunyi dan dipenuhi wajah muram. Banyak yang mempertanyakan keputusan manajemen—dari pemilihan pelatih, pembelian pemain, hingga cara klub menangani tekanan kompetisi.

Manajemen Perlu Evaluasi Menyeluruh

Pengamat sepak bola Inggris menyarankan agar manajemen Leicester segera melakukan evaluasi menyeluruh. Mereka menilai klub perlu mengidentifikasi masalah inti, mulai dari struktur organisasi, pendekatan taktik, hingga kualitas individu dalam tim.

Mantan pemain dan komentator juga mendorong Van Nistelrooy untuk lebih terbuka dalam mengelola tim. Mereka berharap pelatih asal Belanda itu bisa menciptakan suasana yang lebih positif di ruang ganti dan mengembalikan semangat juang para pemain.

Namun dengan waktu yang kian menipis dan jadwal berat yang menanti, tugas itu jelas tidak mudah. Leicester membutuhkan keajaiban jika ingin selamat dari degradasi. Mereka harus memenangkan hampir semua sisa pertandingan—sesuatu yang tampak mustahil mengingat performa terkini.

Sumber: Sky Sports

Comments are closed.