Strategibola.com – Legenda AC Milan, Arrigo Sacchi, secara terbuka menyampaikan keinginannya agar Zinedine Zidane segera menangani Juventus. Dalam pandangan Sacchi, Zidane adalah sosok ideal untuk mengembalikan kejayaan Si Nyonya Tua dengan filosofi sepakbola menyerang dan mentalitas juara yang ia tunjukkan selama menangani Real Madrid.
Sacchi menilai Juventus tengah berada di persimpangan jalan. Klub asal Turin itu sedang mencari identitas baru setelah beberapa musim tampil inkonsisten di bawah sejumlah pelatih berbeda. Dalam situasi ini, Zidane dianggap bisa menjadi katalis perubahan.
Zidane dan Juventus: Hubungan yang Dalam dan Bersejarah
Bagi Sacchi, gagasan Zidane melatih Juventus bukan sekadar romantisme masa lalu. Zidane memiliki sejarah kuat bersama klub ini. Lima tahun memperkuat Bianconeri antara 1996 hingga 2001, dua gelar Serie A, dan banyak momen yang membentuk kariernya sebagai salah satu gelandang terbaik dunia.
Selama di Turin, Zidane belajar di bawah asuhan Marcello Lippi, pelatih yang terkenal dengan disiplin taktik dan struktur tim yang rapi. Sacchi menilai, pengalaman itu membuat Zidane memahami kultur dan nilai-nilai Juventus lebih dari siapa pun.
Kini, ketika Juventus mencoba menata ulang fondasi mereka bersama direktur baru Damien Comolli, profil Zidane dianggap sangat cocok. Dia punya mentalitas juara, gaya bermain progresif, dan kedekatan emosional dengan klub—tiga hal yang sedang hilang di Juventus saat ini.
Sacchi Kagum pada Filosofi Zidane di Real Madrid
Sacchi tidak segan menyanjung Zidane atas kesuksesannya bersama Real Madrid. Ia menyebut permainan Madrid di bawah asuhan Zidane sebagai “mesin keindahan”—sebuah tim yang tidak hanya menang, tapi juga memanjakan mata para penggemar.
“Real Madrid asuhannya bermain menyerang, penuh keberanian, menguasai bola hampir sepanjang waktu, dan mendominasi lawan dengan umpan-umpan pendek yang rapat,” tulis Sacchi dalam kolomnya di Gazzetta dello Sport.
“Saya sering bertanya-tanya, kenapa pelatih yang menciptakan mesin seindah itu belum bekerja lagi?”
Sacchi menambahkan, kehadiran Zidane akan membawa warna baru di Serie A. Menurutnya, sepakbola Italia membutuhkan pelatih yang berani keluar dari pola lama dan berorientasi pada keindahan permainan. Zidane dianggap sosok yang tepat karena mampu menyeimbangkan taktik dan kreativitas pemain.
“Zidane mantan pemain besar Juventus, dia tahu atmosfer klub, pernah menjadi juara di sana, dan dibimbing maestro seperti Marcello Lippi. Serie A akan diuntungkan dengan kehadirannya di pinggir lapangan,” tulis Sacchi menutup opininya.
Rekam Jejak Gemilang Zidane di Real Madrid
Perjalanan Zidane sebagai pelatih modern adalah salah satu kisah paling mengesankan dalam sejarah sepakbola. Setelah sukses di lapangan hijau sebagai pemain, ia membuktikan dirinya sebagai juru taktik dengan pencapaian luar biasa.
Setelah sempat menjadi asisten Carlo Ancelotti dan kemudian menangani Real Madrid Castilla, Zidane dipromosikan menjadi pelatih tim utama pada Januari 2016. Hasilnya langsung mencengangkan: ia mempersembahkan gelar Liga Champions hanya dalam beberapa bulan pertama masa jabatannya.
Dalam lima musim kepemimpinan, Zidane membawa Real Madrid ke puncak dunia:
-
3 gelar Liga Champions berturut-turut (2016–2018)
-
2 gelar La Liga
-
2 Piala Super UEFA
-
2 Piala Dunia Antarklub FIFA
-
2 Supercopa de España
Total 11 trofi besar dan catatan 35 pertandingan tak terkalahkan menjadikan Zidane pelatih tersukses dalam sejarah modern klub tersebut. Tidak hanya itu, ia juga dikenal mampu mengelola ego pemain bintang seperti Cristiano Ronaldo, Sergio Ramos, dan Luka Modrić dengan penuh ketenangan dan karisma.
Mengapa Juventus Butuh Zidane Sekarang
Juventus saat ini bukan hanya membutuhkan pelatih yang jenius secara taktik, tapi juga figur yang bisa mengembalikan mental juara tim. Dalam beberapa musim terakhir, mereka terlihat kehilangan arah setelah era Massimiliano Allegri.
Dengan gaya kepemimpinan yang tenang namun tegas, Zidane bisa membawa stabilitas. Ia bukan tipe pelatih yang sering tampil di media untuk kontroversi, melainkan bekerja dalam diam dan membiarkan hasil berbicara.
Selain itu, Juventus kini memiliki banyak pemain muda potensial seperti Fagioli, Yildiz, dan Cambiaso, yang bisa berkembang pesat di bawah pelatih yang pandai memaksimalkan potensi pemain—hal yang Zidane tunjukkan dengan Federico Valverde dan Marco Asensio di Madrid.
Secara taktik, Zidane juga dikenal fleksibel. Ia bisa memainkan formasi 4-3-3 yang cair maupun 4-4-2 berlian, tergantung lawan. Pendekatannya berbasis keseimbangan: menyerang dengan intensitas tinggi tanpa kehilangan kontrol pertahanan.
Zidane dan Rencana Masa Depan
Zidane sendiri tidak menutup kemungkinan kembali ke dunia kepelatihan, meski sejauh ini belum ada kepastian. Ia sempat dikaitkan dengan Paris Saint-Germain dan beberapa klub Liga Inggris, namun kabarnya menolak karena menunggu kesempatan yang lebih “spesial”.
Banyak yang percaya Zidane tengah menunggu timnas Prancis selepas Piala Dunia 2026 untuk menggantikan Didier Deschamps. Namun, rumor yang berkembang di Italia menunjukkan bahwa Juventus bisa menjadi pelabuhan berikutnya—terutama jika manajemen klub benar-benar melakukan restrukturisasi besar-besaran.
Jika hal itu terwujud, Serie A akan menyambut kembali seorang ikon yang pernah menjadi simbol kecerdasan, elegansi, dan semangat kemenangan di lapangan. Zidane di Juventus bukan hanya nostalgia, tapi peluang nyata untuk menghidupkan kembali DNA kejayaan Bianconeri.
Mimpi yang Masih Mungkin Jadi Nyata
Arrigo Sacchi bukan sekadar bermimpi kosong. Zinedine Zidane memang memiliki semua elemen yang dibutuhkan Juventus saat ini—pengalaman, karisma, gaya permainan menyerang, dan sejarah panjang dengan klub.
Bila Juventus berani melakukan langkah besar ini, bukan tidak mungkin Serie A akan kembali memiliki daya tarik global seperti di era keemasan 1990-an. Zidane bisa menjadi simbol kebangkitan bukan hanya untuk Juventus, tapi juga untuk sepakbola Italia yang haus akan inovasi dan semangat baru.