Kesulitan Awali Era Xabi Alonso?! Thibaut Courtois: ‘Carlo Ancelotti-Ball’ Masih Warnai Gaya Real Madrid

Strategibola-Era baru di Santiago Bernabeu telah dimulai dengan Thibaut Courtois berdiri kokoh di bawah mistar gawang, menyaksikan transisi kepelatihan dari Carlo Ancelotti ke Xabi Alonso. Namun, debut Alonso di Piala Dunia Antarklub 2025 tidak berjalan mulus. Real Madrid hanya mampu bermain imbang 1-1 melawan Al-Hilal, dan Courtois mengungkapkan bahwa bayang-bayang gaya bermain Ancelotti masih mewarnai tim. Apa yang sebenarnya terjadi di balik performa Los Blancos, dan mengapa kiper andalan ini menyebut adaptasi menjadi tantangan besar?

Awal yang Penuh Harapan, Namun Tersandung

Xabi Alonso, legenda Real Madrid sebagai pemain, kembali ke klub dengan visi modern dan ambisi besar. Setelah kesuksesan gemilang bersama Bayer Leverkusen, termasuk meraih treble di Bundesliga, ekspektasi terhadapnya melonjak tinggi. Namun, laga pembuka melawan Al-Hilal menunjukkan bahwa perubahan tak terjadi dalam semalam. Thibaut Courtois, dengan pengalaman dan ketenangannya, menjadi salah satu yang paling vokal soal transisi ini. “Kami masih bermain dengan gaya Ancelotti. Itu tak bisa berubah hanya dalam empat hari,” ujarnya, seperti dikutip dari Mundo Deportivo.

Pernyataan Courtois mencerminkan realitas di lapangan. Selama empat tahun di bawah Ancelotti, Real Madrid terbiasa dengan pendekatan pragmatis yang mengandalkan kecepatan sayap seperti Vinicius Jr. dan serangan balik mematikan. Alonso, di sisi lain, ingin menanamkan filosofi penguasaan bola, build-up play dari belakang, dan tekanan terkoordinasi. Bagi kiper Real Madrid seperti Courtois, ini berarti peran baru: tak hanya menjaga gawang, tetapi juga aktif dalam distribusi bola, sesuatu yang jarang ditekankan di era Ancelotti.

Tantangan Adaptasi di Bawah Tekanan

Laga melawan Al-Hilal memperlihatkan kesulitan Real Madrid menemukan ritme. Babak pertama berjalan lambat, dengan tim kesulitan mengalirkan bola. Gol pembuka dari Gonzalo Garcia di menit ke-34 sempat memberi harapan, tetapi penalti Ruben Neves menyamakan kedudukan. Courtois menyebut penalti itu “agak konyol” dan mengakui tim bermain lebih cepat di babak kedua, tetapi belum cukup untuk memenangkan pertandingan. “Kami sedang belajar. Kami menonton video, banyak berbicara, dan akan terus berkembang,” tambahnya.

Adaptasi ini bukan hanya soal taktik, tetapi juga mental. Thibaut Courtois, sebagai salah satu pilar tim, menyoroti bagaimana “otomatisme” era Ancelotti masih tertanam kuat. Pemain seperti Federico Valverde, yang gagal mengeksekusi penalti, atau Jude Bellingham, harus menyesuaikan diri dengan peran yang lebih dinamis di skema Alonso. Absennya Kylian Mbappe karena demam juga memperumit rencana, memaksa Alonso mengandalkan pemain muda seperti Garcia.

Peran Courtois dalam Era Baru

Sebagai penjaga gawang terbaik dunia, Thibaut Courtois bukan hanya penutup lini belakang, tetapi juga simbol kepemimpinan. Di sesi latihan Alonso, ia terlihat aktif dalam latihan build-up play, sesuatu yang jarang ia lakukan di bawah Ancelotti. Fans Real Madrid di media sosial bahkan memuji keterlibatannya, menyebutnya sebagai “otak tambahan” di lapangan. Courtois sendiri menyadari perubahan ini membutuhkan waktu. “Xabi ingin kami menyerang dan bertahan dengan cara berbeda. Itu proses,” katanya.

Alonso juga memberikan ultimatum keras: “Siapa yang tidak berlari, tidak akan bermain.” Bagi Courtois, ini berarti ia harus lebih proaktif, tak hanya menunggu bola tetapi juga “bertarung” untuk setiap penguasaan. Pendekatan ini menandakan perubahan budaya di Real Madrid, dari gaya reaktif Ancelotti menuju tim yang lebih disiplin dan dominan.

Langkah ke Depan untuk Alonso dan Courtois

Meski debutnya tak sempurna, Alonso tak panik. Laga berikutnya melawan Pachuca pada 22 Juni dan RB Salzburg pada 27 Juni di Piala Dunia Antarklub akan jadi ujian berikutnya. Dengan rekrutan baru seperti Trent Alexander-Arnold dan Dean Huijsen, serta kembalinya Mbappe, Alonso punya amunisi untuk membentuk identitas tim. Bagi Thibaut Courtois, peran sebagai kiper sekaligus playmaker dari belakang akan semakin krusial.

Real Madrid di era Alonso adalah proyek jangka panjang. Seperti yang Courtois katakan, “Kami akan belajar dari pertandingan ini.” Bayang-bayang Ancelotti mungkin masih ada, tetapi dengan kerja keras dan visi Alonso, Los Blancos bisa kembali berjaya. Bagi fans, harapan tertuju pada Courtois dan Real Madrid untuk membuktikan bahwa kesulitan awal hanyalah batu loncatan menuju kejayaan.

Comments are closed.